Wednesday, June 17, 2009

Tentang Sepatah Tanya






Dibatas tenggara, kulihat seraut wajah penuh tanya. Mungkin ia sama, kepakan sayap yang melemah. Kemana terang akan dibawa? jika hati manusia telah dipenuhi luka? ia tak tahu kemana ia akan mengirimkan duka. Mungkinkah dunia? tidak, sebab tangan akan menghapusnya. Dengan jemari kecil tak berdosa.. tawa mereka yang terenggut makna.

Dengan cinta mereka membuka pintu-pintu kabut, pulang ke tempat dimana mereka seharusnya bahagia. Bukan dibawah hujan yang menghujam jiwa. Binar mata mereka yang memudar, putih laksana salju di helainya. Bertiuplah, semilir kehidupan. Biarkan sinar bulan memandikan ilalang. Pada jeda keheningan mereka kembali bertanya : mengapa?

Tak ada yang mampu membuka kata. Biarkan ia terkunci rapat dalam dada. Karena bicara tak lagi bermakna. Untuk asa yang terlanjur mati dalam sia. Mereka menegakkan raga, berbalik ke guratan barat semesta. Rindu akan temaramnya senja. Mengapa? lagi-lagi mengapa.

Mereka menatap langit. Mendekap entah merentangkan nyawa. Kita telah tiba.. dan kita takkan pernah lari. Berjanjilah pada hari ini, pun pada tiap gores sayat luka di benak kita. Mengapa? tak ada lagi yang sanggup bersaksi. Isyarat gundah yang tak selamanya gulana, mengapa?

Menantikah? atau telah? mereka tetap diam.Tak ada tempat bagi mereka. Dalam tatapan kebencian sang malam, bintang menidurkan mereka selamanya. mengapa? tak satupun yang ingin terhapus meski ia sebuah kata. Namun mereka rela, dan bagiku itulah segalanya. Akan selalu ada tempat dalam hatiku bagi mereka. Ruang yang dulu terisi olehku dan diriku sendiri, kini aku dapat berbagi..

Tuhan, terimakasih untuk kesedihan yang kau berikan hari ini. Akan kunikmati segalanya tanpa harus bertanya mengapa. Sebab engkaulah muara yang menyimpan jawabnya.

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search